Budaya atau Tradisi
Dari Samadiyah Hingga 100 Hari, Ini Rangkaian Kenduri dan Doa untuk Almarhum dalam Tradisi Aceh
Kenduri dengan doa bersama serta yasinan merupakan salah satu acara yang masih digelar ditengah masyarakat Aceh setelah kematian di rumah duka.
Penulis: Hendri Abik | Editor: Zainal M Noor
Hari ke tujuh merupakan puncak Acara dari serangkaian tahlilan dan doa bersama yang dilakukan oleh masyarakat sekitar dan sanak famili serta keluarga almarhum.
Bedanya pada hari ke tujuh ini makanan.
Keluarga Almarhum menjamu tamu dan sanak famili yang berkunjung ke rumah.
Jika keluarga almarhum adalah orang kaya, maka kenduri dilaksanakan dengan disertai makan kuah beulangong (kuah kari kambing atau sapi yang dimasak dalam belanga besar).
Baca juga: Sejarah Tarian Mop-Mop, Berawal di Pidie Tahun 1950-an, Berkembang Hingga Aceh Utara dan Aceh Besar
Kanduri 40
Kenduri 40 hari kematian adalah acara yang dilakukan masyarakat pada 40 hari setelah kematian di rumah almarhum.
Kanduri ini sama seperti pada hari ketujuh yang diadakan oleh pihak keluarga almarhum untuk dibagi kepada tamu yang datang ke rumah.
Di beberapa daerah, keluarga almarhum membagi makanan kepada tamu untuk dibawa pulang dan dimakan bersama keluarga masing-masing.
Baca juga: Masya Allah, Indahnya Mushaf Alquran Kuno Aceh, Bainah Indatu di Kertas Impor dari Eropa
Kanduri 100
Acara hari ke 100 juga sama dilakukan, yaitu doa bersama atau yasinan di rumah almarhum.
Acara kanduri itu dilakukan dengan harapan setiap makanan yang diberikan kepada para tamu menjadi pahala bagi almarhum.
Sejarah
Tidak ada catatan yang pasti, sejak kapan tradisi seunudjoh dan rangkaian kenduri kematian ini berlangsung di Provinsi Aceh.
Namun menurut cerita dari sejumlah warga di Aceh, hari-hari inti itu, sudah berlangsung sejak masa jaman masa kerajaan Aceh dulu.
Tradisi ini masih dilaksanakan oleh masyarakat Aceh sampai sekarang.(SerambiWIKI/Hendri)
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!