Sejarah

Sejarah Orang Jawa ke Suriname, Saudara Jauh Indonesia di Benua Amerika, Negara Anggota OKI

Suriname salah satu negera kecil yang terletak di bagian selatan Benua Amerika.Diketahui, disana banyak penduduk keturunan jawa.

Penulis: Hendri Abik | Editor: Zainal M Noor
nakita.grid.id
Warga yang menetap di Suriname sampai sekarang. 

Sebab itu, setiap tanggal 9 Agustus, warga Suriname keturunan Jawa mengadakan upacara peringatan kedatangan masyarakat Jawa ke Suriname.

Para buruh kontrak dari Jawa ini diangkut ke Suriname dengan kapal-kapal Belanda dan mengarungi lautan selama 3 bulanan.

Saat kontrak mereka selesai, pemerintah kolonial menawarkan 3 pilihan kepada mereka.

Menambah kontrak baru, menjadi petani di sana, atau kembali ke negara asal.

Sekitar 23,3 persen orang Jawa kala itu memilih untuk pulang.

Mayoritas orang Jawa itu memilih tidak pulang karena berbagai alasan.

Seperti resiko di dalam perjalanan selama 3 bulan di lautan, sudah nyaman di Suriname, dan khawatir dengan kehidupan di Jawa yang kala itu juga dalam penjajahan.

Para buruh kontrak yang memilih tinggal di Suriname ini kemudian membentuk komunitas.

Dalam perkembangannya mengalami banyak dinamika.

Banyak dari mereka kemudian mendapatkan kehidupan yang lebih baik.

Tidak lagi hanya menjadi buruh perkebunan, mereka mulai merambah ke dunia politik pada tahun 1940 an.

Jauh di mata, tapi dekat di hati.

Begitulah kehidupan orang Jawa di Suriname kala itu.

Krueng Daroy, Sungai Bersejarah Menyimpan Memori Kejayaan Kesultanan Aceh Darussalam

Mendirikan Partai Politik, Menjadi Ketua Parlemen Hingga Menteri

Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 juga membawa pengaruh hingga ke Suriname.

Orang-orang jawa membentuk setidaknya dua partai politik yang ikut berperan dalam memerdekakan Suriname dari Belanda pada tahun 1975.

Dua partai politik itu adalah, berdiri partai Kaum Tani Persatuan Indonesia (KTPI) di bawah kepemimpinan Iding Soemita (1908–2001) dan Pergerakan Bangsa Indonesia Suriname (PBIS) di bawah kepemimpinan Salikin Hardjo (1910–1993).

Hingga pada akhirnya Suriname merdeka, masyarakat keturunan Jawa tetap eksis berpolitik.

Pascamerdeka, banyak orang-orang keturunan itu mendapat kepercayaan untuk memegang jabatan penting negara.

Uniknya, para pejabat itu kadang kala banyak yang masih bertutur dengan Bahasa Jawa.

Mereka juga masih kerap berkunjung ke tanah nenek moyang di Pulau Jawa.

Ikuti kami di
131 articles 182 0
Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.


Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

BERITA TERKINI

berita POPULER

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved