Sejarah
Berziarah ke Makam Pahlawan Nasional Laksamana Malahayati di Bukit Lamreh Aceh Besar
Laksamana Malahayati dinobatkan sebagai pahlawan nasional oleh Pemerintah Republik Indonesia sejak peringatan Hari Pahlawan tahun 2017 lalu.
Pendidikan dan Karir Militer
Keumalahayati adalah jebolan Akademi Militer Kerajaan, Ma’had Baitul Maqdis.
Ini adalah akademi militer yang didukung oleh Sultan Selim II dari Turki Utsmaniyah.
Karir militer Keumalahayati antara lain menjabat sebagai kepala Barisan Pengawal Istana Penglima Rahasia dan Panglima Protokol Pemerintah dari Sultan Saidil Mukammil Alauddin Riayat Syah IV pada tahun 1585–1604.
Seiring dengan kebutuhan, Keumalahayati dipercata memipin sekitar 2000 orang pasukan Inong Balee (janda-janda pahlawan yang telah syahid).
Mereka kerap terlibat peperangan melawan kapal-kapal Belanda dan Portugis yang mencoba mengganggu aktivitas perdagangan di perairan Aceh.
Keumalahayati bersama pasukannya mendirikan beberapa benteng di tebing gunung yang berhadapan dengan Samudera Hindia di kawasan Lamuri atau Lamreh.
Keumalahayati mendapatkan gelar Laksamana setelah berhasil memimpin pasukannya memenangkan perang dalam perselisihan dagang dengan pihak Belanda.
Dalam pertempuran satu lawan satu, Keumalahayati berhasil membunuh sang kapten kapal Belanda, Cornelis de Houtman yang kala itu berusia sekitar 34 tahun.
Malahayati juga berhasil menangkap saudara kandung Cornelis, yaitu Federick de Houtman.
Federick kemudian dijebloskan dalam penjara Kerajaan Aceh.
Peristiwa ini menjadi saksi bagaimana kekuatan sosok panglima laut yang dipimpin oleh seorang Laksamana wanita di Tanah Rencong.
Gelar Laksamana kini menjadi pangkat tertinggi di Angkatan Laut Republik Indonesia.(SerambiWIKI/Hendri)
Jantho Aceh Besar
Serambi Wiki
Serambi Indonesia
Laksamana Malahayati
Makam Laksamana Malahayati
Krueng Raya
kerajaan Aceh
pahlawan nasional
Tugu Tani di Nagan Raya, Jejak Keberhasilan Presiden Soeharto Memajukan Sektor Pertanian |
![]() |
---|
Belanda Serang 10 Benteng di Gayo Alas, Korban Meninggal 1.828 Pria, 800 Wanita dan 352 Anak-Anak |
![]() |
---|
Tgk Syiah Kuala, Mufti Kerajaan Aceh Pembuat Qanun Meukuta Alam yang Kini Diterapkan Kerajaan Brunei |
![]() |
---|
Tiga Presiden Sudah Kunjungi Dataran Tinggi Gayo, Pak Harto, SBY, Jokowi |
![]() |
---|
Begini Cerita Asal Usul Penamaan Singkil |
![]() |
---|